Pekalongan adalah kota yang
sering dikenal dengan Batik. Kota yang memang di setiap sudutnya dapat kita
jumpai toko atau lapak yang menjajakan mulai dari kain, seprei, sarung bantal,
pakaian jadi, hingga sepatu dan tas yang benar-benar Batik atau pun sekedar
bermotif Batik. Kedua hal ini memang beda. Setidaknya beginilah perbedaannya
sejauh pengetahuan saya. ‘Benar-benar Batik’ berarti dibuat atau diproses
dengan cara dibatik (tulis atau cap), dan ‘sekedar bermotif Batik’ di atas
maksudnya kain yang di-print gambar bermotif Batik, baik itu print manual atau
menggunakan mesin print.
Di desa saya sendiri, Simbang
Wetan, dapat dijumpai rumah-rumah yang
menjadi Home Industry Batik. Namun kebanyakan dari mereka adalah pembuat
atau pemroduksi printing. Jika mengacu pada dua perbedaan yang sempat saya
utarakan di atas tadi, maka sebenarnya mereka bukan memproduksi Batik melainkan
memproduksi kain bermotif Batik. Tak semua memang, namun jumlah,--agar lebih
mudah saya sebut saja—Batik Printing lebih banyak dibandingkan Batik Tulis atau
Cap.
Bagi pembaca tulisan ini
yang belum mengetahui secara persis letak perbedaan antara Batik Printing
dengan Batik Tulis atau Cap, kalian bisa cek ke toko-toko Batik terdekat di
daerah kalian. Atau kalau ingin lebih sederhana, maski menurut saya tetap
kurang memuaskan karena tidak menyentuh dan melihatnya secara langsung, maka
cari tahu perbedaannya di internet. Saya pastikan sudah ada banyak blogger yang
mampu menjelaskannya secara baik dan jelas.
Pada kesempatan kali ini
saya tak hendak membicarakan mengenai Batik. Yang ingin saya bicarakan adalah
hal lain yang barangkali menurut kalian sangat jauh dari Batik. Yaitu, Teh.
Lho?
Kenapa teh? Karena di
daerah tempat saya tinggal, teh berada cukup dekat dengan para pengrajin Batik.
Tak peduli apakah mereka pengrajin Batik Tulis, Cap atau Printing sekalipun.
Begini…
Saya mulai dari rumah saya
saja dulu (yang memproduksi Batik Cap dan terkadang juga Tulis serta tak jarang
pula memproduksi Printing, tergantung permintaan), di mana dengan mempekerjakan
belasan orang, ibu saya selalu menyeduh teh panas setiap pagi sebanyak 3-5 cerek
per hari untuk disediakan bagi para pekerja itu. Jika saya hitung berapa jumlah
belanja teh ibu saya tiap minggunya (Home Industry seperti di rumah saya ini
banyak menggunakan per minggu dalam berbagai hitungan; gaji pekerja, belanja
logistik seperti lilin malam, obat pewarna dsb., hingga belanja keperluan untuk
pekerja tiap harinya), maka saya temukan angka 7-14 kotak teh per minggunya,
yang berarti 1-2 kotak teh setiap hari.
Ini adalah angka untuk
tempat saya. Sedangkan di desa saya, ada puluhan rumah lain yang memiliki usaha
sama. Dan bisa dibilang dengan angka belasan karyawan di rumah saya ini
termasuk yang kecil. Karena ada di antara industri rumahan seperti ini yang
memiliki pekerja hinggan 20an bahkan 50an di mana kesemuanya memiliki kebutuhan
sama setiap harinya; teh.
Teh yang saya paparkan di
atas baru menginjak rumah-rumah produsen Batik (proses pembatikan; tulis, cap
atau printing) dan belum saya hitung mereka yang memiliki usaha konveksi yang
mana jumlah usaha konveksi juga bisa dibilang tinggi. Karena produsen Batik
banyak, maka sudah barang tentu Batik yang akan dijadikan pakaian siap pakai
juga jelas perlu dijahit. Di sinilah saya kadang merasa wow. Hehehehe. Maksud
saya, ternyata ada banyak usaha rumahan yang ada di lingkungan saya yang sedikit
banyak memberi arti bahwa seharusnya angka pengangguran di daerah saya termasuk
rendah. Entah kenyataannya bagaimana, lain kali akan coba saya sampaikan.
Selain itu, usaha konveksi
untuk pakaian jenis jins juga cukup banyak di daerah saya. Mereka juga
sama-sama memiliki kebutuhan tetap berupa teh untuk pekerjanya. Walhasil, teh
benar-benar sangat akrab bagi kami yang hidup-tinggal di daerah ini.
Dengan pemaparan
terbata-bata saya di atas, saya akhirnya jadi sadar betapa kami yang hidup di
lingkungan industri rumahan ini tak pernah lepas dari teh. Setiap hari kami,
mulai dari pekerja hingga juragannya, selalu meminum teh. Lantas saya ingin
sekali mencari tahu apa manfaat yang terkandung dalam “minuman wajib” kami itu?
Serta apa pula bahayanya jika kami tiada henti mengkonsumsi minuman yang
berasal dari pucuk daun tanaman teh (di Wikipedia bahasa kerennya “Camellia
Sinensis”) tersebut?
Setelah googling ke sana ke
mari serta membaca sebuah buku karya Mbak Eti Syahrianty berjudul “I Love
Coffee and Tea”, di bawah saya uraikan sedikit mengenai manfaat baik teh
serta madharat buruknya.
Manfaat Baik.
Teh yang kabarnya berasal
dari negeri Tiongkok ini memiliki kandungan kafein, teobromin, polifenol,
vitamin C, E dan K, kalium, magnesium, zat tepung, seng, selenium, tembaga,
besi, kalsium, juga asam amino. Zat-zat yang terkandung dalam teh ini, memiliki
khasiat seperti menurunkan kadar kolesterol, menurunkan tekanan darah serta
kadar gula darah, mencegah terjadinya batu empedu, membantu kinerja ginjal,
serta melarutkan lemak.
![]() |
https://www.pixabay.com |
Kafein dalam teh juga mampu
memperlancar sirkulasi darah ke otak. Selain itu juga karena kafein ini, maka
dengan meminum teh secara teratur dapat meningkatkan ingatan pada ota kita,
kognitif performa, perasaan senang, serta pula meningkatkan mood.
Teh juga mampu mengurangi
risiko kanker, mencegah pertumbuhan kanker, jantung, stroke dan prostat.
Kekebalan tubuh kita pun dapat dicegah penurunannya oleh radiasi Ultra Violet
yang dianggap bisa menjadi penyebab timbulnya kanker kulit. Dengan demikian teh
berarti mampu menurangi risiko kanker kulit.
Sebuah studi di Amerika
juga menemukan bahwa teh memiliki khasiat melawan kanker. Hasil studi yang
diterbitkan dalam American Journal of Epidemiology edisi Juli 1996 yang
meneliti 35.000 perempuan pasca-menopause itu dijelaskan bahwa mereka yang
mengkonsumsi teh setidaknya 2 cangkir setiap harinya, risiko terkena kanker
kandung kemih sebanyak 40%. 28% lebih rendah dibanding mereka yang tidak
mengkonsumsi teh; 68%.
Ada pun manfaat lain dari
teh adalah bahwa senyawa antioksidan yang terkandung dapat mencegah kerusakan
DNA, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, mencegah osteoporosis, tekanan
darah tinggi, menurunkan berat badan, serta mampu menyegarkan tubuh.
Madharat Buruk.
Khasiat atau manfaat baik
teh bagi tubuh manusia memang cukup banyak. Namun tak berarti bahwa manfaat itu
dapat dirasakan oleh setiap orang. Karena sudah barang tentu kondisi tubuh
manusia yang tidak semuanya sama. Hal ini juga yang menjadikan teh memiliki
batasan tersendiri siapa saja yang sebaiknya tidak mengkonsumsi atau mengurangi
konsumsi teh.
Mereka yang sebaiknya tidak
terlalu banyak atau berlebihan dalam mengkonsumsi teh adalah orang yang fungsi
ginjalnya kurang baik. Hal ini disebabkan penderita fungsi ginjal yang tak
dapat menahan kencing akan terganggu dan semakin memberatkan penyakitnya.
Wanita hamil juga sebaiknya
mengurangi konsumsi teh. Wanita hamil memerlukan asupan gizi yang
bermacam-macam untuk menyuplai kebutuhan metabolisme wanita ini dan janin dalam
kandungannya. Terlalu banyak mengkonsumsi teh akan membuat zat tannin dalam teh
bersenyawa dengan zat besi dalam makanan yang dikonsumsinya. Hal ini berakibat
tidak terserapnya komponen dalam makanan oleh tubuh. Wanita hamil juga dapat
terkena anemia serta kekutangan zat besi jika terlalu banyak mengkonsumsi teh.
Pada wanita yang masih
menyusui, kafein dalam teh juga bisa mempengaruhi penurunan produksi ASI.
Selain juga kafein ini bisa masuk ke dalam tubuh bayi melalui ASI, yang mana
hal ini dapat mengakibatkan usus bayi menjadi kejang dan membuat si bayi akan
menangis saat merasakannya.
Penderita demam, lemah
saraf, sembelit, kekurangan darah, insomnia, hipertensi dan penyakit jantung,
sebaiknya juga mengurangi konsumsi teh. Karena dengan mengkonsumsi teh terlalu
banyak bagi mereka, akan dapat menyebabkan penyakit semakin memburuk.
Nah, begitulah setidaknya
informasi yang (entah berhasil atau gagal) saya rangkum dari berbagai sumber.
Seperti tulisan saya mengenai Kopi ini, saya juga
meyakini bahwa bagaimanapun kita harus tahu diri dengan tidak terlalu
berlebihan dalam mengkonsumsi apapun termasuk teh. Kemudian yang mengganjal
dalam benak saya adalah bagaimana nasib pekerja di rumah saya dan rumah-rumah
lain di lingkungan saya yang setiap harinya disediakan teh oleh tuan rumahnya
dengan jumlah cukup untuk meminum 3-5 cangkir?
Saya tak mampu menjawab
pertanyaan yang mengganjal ini sendirian. Maka dari itu, saya berharap kalian
yang sempat membaca tulisan ini supaya sudi meluangkan waktunya untuk membantu
saya menemukan jawabannya.
Terimakasih, dan…
Ngetuh, yuk! ☺
Sumber :
Wikipedia.org
I Love Coffee and Tea; Eti Syahrianty
0 Comments