Advertisement

Responsive Advertisement

Menulis, Membaca, Menggambar

Saya punya kegemaran yang cukup tinggi terhadap dunia literasi. Membaca-menulis. Membaca menjadi satu bagian dalam kehidupan yang bagi saya dapat menunjang daya nalar berpikir saya. Ketika nalar berpikir tersebut kemudian saya rasa perlu "dimuntahkan" maka kemudian saya mulai belajar "memuntahkannya", dalam bentuk tulisan.
ilustrasi, writing/pexels
Menuangkan isi kepala dalam bentuk tulisan memang bukan perkara yang mudah, terutama bagi yang belum terbiasa. Namun, seperti umumnya kebiasaan, ia memang harus dilatih sehingga sesuatu menjadi kebiasaan. Menulis pun menjadi satu kebiasan penting bagi saya. Meski tulisan saya belum saya anggap sebagai tulisan yang baik dan bagus, tapi justru karena itulah saya merasa haus akan belajar terus. Belajar menulis setiap saat, setiap waktu, setiap mau, dan setiap mampu.

Lama kelamaan, kebiasaan menulis saya ini menjadi sebuah hobi, kegemaran. Dan saya pelan-pelan mulai merasa senang jika sedang dalam kondisi ingin menulis. Menulis menjadi aktivitas yang menghibur saya. Ini kemudian mengantarkan saya untuk mengelola sebuah wadah bagi tulisan saya. Blog, adalah pilihan yang saya ambil untuk memenuhi hasrat semacam ini. Melalui blog, saya berharap agar hobi atau kegemaran saya ini terus terasah dan terjaga nyala apinya.

Blog yang ini, sudah hampir setahun sejak saya, --dengan bantuan teman-- belikan domain. Entah mengapa, ketika mendengar bahwa blog yang memiliki domain sendiri menjadi lebih keren, saya mengamininya meskipun belakangan saya juga sadar bahwa konten blog tersebut tetap menjadi satu hal terpenting di samping ia memiliki domain sendiri atau tidak (masih dari blogspot atau wordpress).

Selanjutnya, untuk mengembangkan sebuah blog, terutama mendongkrak rupa sebuah artikel, saya kemudian merasa perlu untuk belajar membuat infografik atau belajar desain grafis. Berbekal sedikit pengetahuan mengenai tools yang tercakup dalam aplikasi-aplikasi desain macam Corel Draw atau Adobe Illustrator, saya mulai mempelajari bagaimana membuat desain grafis. Ini semata-mata, pada mulanya (dan bahkan hingga saat saya menuliskan ini) untuk mendongkrak daya minat pembaca akan artikel yang saya terbitkan.

Mengapa saya memiliki anggapan demikian? Karena sejauh pantauan saya, beberapa media terkini, di samping setiap artikelnya yang diunggah memiliki gambarnya sendiri-sendiri, setiap artikel itu juga banyak yang dilengkapi dengan adanya infografik sehingga menarik bagi pengunjung untuk membaca artikel tersebut.

Berangkat dari situlah saya kemudian merasa semangat untuk belajar membuat desain grafis. Nah, dalam titik seperti ini, saya tiba-tiba membaca dalam sebuah postingan di facebook, sebuah akun milik komunitas di Pekalongan, mengunggah sebuah status yang kira-kira begini bunyinya;

"Yang ingin belajar desain grafis, silakan datang ke Rumah Hijau, Selasa malam."

Dengan kondisi sedang semangat-semangatnya untuk belajar desain grafis, membaca informasi tersebut saya segera mengontak admin pemilik akun komunitas tadi yang kebetulan saya cukup mengenalnya dengan baik. Namun begitu, sangat disayangkan karena pada saat hari di mana pelatihan desain grafis secara gratis itu dilaksanakan, saya tak dapat mengikutinya karena ada acara penting di desa saya bersama komunitas saya sendiri.

Tak mengapa. Kata teman saya dari komunitas Rumah Hijau, kegiatan pelatihan itu akan rutin dilaksanakan tiap Selasa malam. Saya bersyukur mendengarnya dan berharap pada kegiatan berikutnya dapat mengikuti pelatihan desain grafis tersebut secara rutin untuk memperdalam keilmuan saya dalam membuat desain grafis.

Kemarin hari atau tepatnya 3 hari sebelum saya menuliskan ini, seorang kawan saya yang sepengetahuan saya merupakan aktivis di salah satu kampus terbesar di Pekalongan, menghubungi saya melalui messenger facebook. Ia meminta saya untuk bertemu dengannya. Saya persilakan kawan saya itu untuk datang ke rumah saya. Ia pun datang dengan membawa sebuah "proyek". Ia, kawan saya yang aktivis itu, meminta saya untuk menggarap desain proposal untuk kegiatan di kampusnya.

Waaaa... Ingin sekali saya berteriak waktu itu. Saat saya sedang gemar-gemarnya be;lajar desain grafis dan otak-atik laptop dengan fokus aplikasi Adobe Illustrator, tiba-tiba ada yang minta dibuatkan desain grafis. Wah, saya senang sekali rasanya, saat itu. Tanpa ba-bi-bu, saya pun terima "proyek" tersebut tanpa mencari tahu, "kenapa minta hal seperti ini kepada saya?" Biarlah, saya belum mau tahu kenapa saya dipilih oleh teman saya untuk dimintai bantuan membuatkan desain proposal kegiatan di kampusnya tersebut. Yang penting, ilmu saya yang masih sedikit ini dapat saya apliaksikan, membuat desain grafis untuk pertama kalinya, secara, hehehe, sedikit profesional.

Dengan riang hati saya terima "proyek" tersebut. Namun, saya kemudian merasa kaget karena desain proposal tersebut harus jadi dalam rentang waktu maksimal 30 jam sejak kawan saya itu memberitahu saya. Saya pun jadi agak lemas. Namun dengan dorongannya agar saya mau menerima dan menggarap "proyek" tersebut oleh si kawan tadi, saya pun menerima dan bersiap untuk menggarap desain proposal tersebut.

Singkatnya, dalam waktu, --akhirnya diberi waktu 2,5 hari-- yang cukup, saya dapat menyelesaikan desain proposal permintaan teman saya tadi. Meski setelah saya lihat-lihat hasilnya kurang bagus, tapi untuk level amateur macam saya, hasil desain proposal tersebut masih bisa dianggap lumayan.

Nah, di bawah ini akan saya berikan sedikit gambaran mengenai hasil desain tersebut.



Post a Comment

0 Comments