Advertisement

Responsive Advertisement

5 Pelajaran Pra-Belajar dari Rumah

gambar dibuat di postermywall
Beberapa waktu lalu, saya membaca sebuah artikel berita yang berisi mengenai dunia cyber. Dalam bahasa lain, dunia cyber sering pula disebut sebagai dunia maya atau dunia virtual. Hingga pada dasarnya, pengertian mengenai kata cyber merujuk pada sesuatu yang ada di dunia internet, yang tidak sepenuhnya nyata dapat dirasakan oleh indera manusia. Informasi dalam dunia cyber, misalnya, yang berisi tentang makanan, hanya indera mata kita saja yang mampu menikmati bagaimana makanan itu rupanya. Mengenai rasa makanan itu sendiri, tentu tak dapat secara langsung lidah kita dapat rasakan.

Dalam artikel berita tadi, saya disadarkan bahwa dunia cyber sejatinya adalah dunia yang nyata dan senyata-nyatanya. Karena, semaya apapun dunia cyber, kita tidak bisa bertindak semena-mena sehingga kita dapat terbebas dari segala hal dalam dunia nyata. Terutama, dalam berita tersebut dikatakan, mengenai persoalan yang terkait pelanggaran-pelanggaran hukum.

Membaca berita tersebut, saya segera sadar bahwa memang kita tak semestinya bertindak semau kita meskipun kita sedang berada di dunia yang mafhum disebut dunia maya. Karena di sanalah, sebenarnya kita sering memunculkan wujud paling nyata atau keaslian kita alih-alih berpura-pura menjadi orang lain. Ungkapan-ungkapan hati dan/atau pikiran yang dalam dunia nyata tak pernah kita utarakan, melalui dunia cyber itu justru sering dengan lantang kita teriakkan.

Satu hal yang barangkali penting untuk kita pelajari dari kenyataan bahwa dunia maya adalah dunia yang nyata yaitu bahwa di sana, kita tetap bisa melakukan aktivitas penting bagi keberlangsungan serta perkembangan kehidupan kita: belajar.

Cyberhome pernah mengangkat tema seputar belajar dari rumah di mana isi alias konten dalam tulisan yang diangkatnya itu mengenai bagaimana kita menjadikan rumah sebagai tempat untuk tetap belajar. Meski berada di rumah, kita tetap bisa belajar dengan salah satunya memanfaatkan teknologi internet. Teknologi sebagai pusat berkumpulnya orang-orang di dunia cyber, maya, atau virtual. Melalui internet tersebut, kita tetap dapat memperlajari hal-hal baru. Bahkan, kini semakin banyak orang yang memilih konten internet sebagai rujukan berbagai bentuk aktivitasnya seiring bertumbuhnya pengguna internet di Indonesia.

Dalam artikelnya tersebut, Cyberhome mencatatkan pula beberapa manfaat menarik belajar dari rumah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, melalui internet, aplikasi-aplikasi dalam gawai cerdas, serta komputer. Kesemuanya, dapat dimanfaatkan sebagai media untuk belajar bagi kita yang ingin tetap belajar meskipun tidak berada di ruang-ruang kelas atau sanggar belajar pada umumnya.

Saya sepenuhnya sepakat dengan tema belajar dari rumah semacam itu. Terlebih, kita yang hidup di zaman sekarang ini memang seolah-olah dituntut untuk mampu fleksibel dan mampu pula untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan zaman. Jika dulu kita kalau mau menulis harus menyediakan alat tulis minimal pulpen dan kertas, kini kita bisa menggantikan posisi kertas dan pulpen itu dengan satu aplikasi saja seperti misalnya; aplikasi Microsoft Word.

Belajar dari rumah memang menjadi sebuah opsi lain bagi kita yang tak memiliki banyak waktu untuk menimba pelajaran dan ilmu dari instansi formal. Terlebih bagi kita yang “ditakdirkan” tidak mampu melanjutkan jenjang pendidikan tinggi. Pada hakekatnya meski tak berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi, kita tetap memiliki kesempatan untuk memiliki ilmu tambahan serta wawasan luas. Dengan belajar dari rumah memanfaatkan kemajuan serta perkembangan teknologi mutakhir, bukan hal yang mustahil kita yang tak berpendidikan tinggi secara formal, mampu meraih kesuksesan setara dengan orang lain yang berpendidikan tinggi.

Saya merangkum, setidaknya ada 5 hal yang perlu kita pelajari dan perhatikan agar kita mampu meraih sukses dengan cara belajar dari rumah.

Pertama, tingkatkan minat baca. Saya selalu teringat seorang ulama pernah berkata bahwa “manusia akan menjadi bodoh ketika ia berhenti membaca.” Ungkapan itu sering saya jadikan cambuk agar saya selalu membaca setiap saat. Membaca buku merupakan hal yang paling utama dalam hal ini. Saya sampai sekarang, bahkan memiliki target untuk membaca minimal 2 buku baru dalam sebulan. Kalau tidak, maka saya akan mencari sebanyak mungkin artikel dan esai untuk saya baca. Biasanya, saya meentukan tema artikel apa yang ingin saya baca lalu saya cari sebanyak mungkin artikel mengenai tema yang telah saya tentukan itu untuk saya bacai sebagai ganti membaca buku.

Kedua, memiliki target hidup berjangka. Maksud saya, dengan mencoba belajar dari rumah, maka kita tetap wajib memiliki target bagi kehidupan kita. Dalam setahun ke depan kita mau melakukan apa saja, mau membuat karya apa saja, dan mau mempelajari suatu hal baru apa, dan seterusnya. Dari setahun, kemudian kita perketat dengan membuat target bulanan, mingguan, bahkan perlu pula kita memiliki target harian. Saya biasanya untuk target harian, saya utamakan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan.

Ketiga, mengatur jam belajar. Nah, ini menurut saya juga penting untuk diperhatikan. Jika di kelas-kelas sekolah maupun kampus kita juga punya batas-batas jam-jam tertentu untuk belajar, maka di rumah pun kita harus memberlakukan hal serupa. Ini dilakukan agar kegiatan kita yang bukan berfokus pada belajar, tidak bertabrakan.

Alangkah lucu seandainya kita hanya terpaku membaca buku, belajar menulis, belajar membuat logo, belajar mengedit video dan seterusnya, tapi kemudian lupa bahwa kita juga perlu berolahraga, mengeluarkan sepeda untuk kita kayuh di pagi atau sore hari. Jangan sampai pula, aktivitas tertarget kita dalam belajar dari rumah ini kemudian juga membikin pekerjaan-pekerjaan rumah kita jadi terbengkalai. Kita jadi lupa bahwa ada tanaman yang perlu kita sirami dan beri pupuk, ada lantai berdebu yang perlu kita sapu, ada piring-piring dan baju kotor yang harus kita cuci. Untuk itu, tentukanlah jam berapa kita akan mulai dan mengakhir belajar dari rumah kita.

Keempat, belajar dari rumah tapi jangan jadi orang yang hidupnya hanya di dalam rumah. Bersosiallah. Iya, kan? Belajar dari rumah, meskipun saat ini hampir semua hal dapat kita pelajari sambil duduk membaca teori yang terpapar di internet, lalu mengeksekusinya, mempraktikkannya, kita tetap perlu bersosialisasi dengan tetangga, dengan kawan-kawan lama kita, dengan siapapun. Percayalah, bersosialisasi melalui media sosial tetap bukan hal yang sepenuhnya baik untuk dilakukan. Silakan sign-out dan kunjungilah kerabat-kerabat kita. Karena sejatinya, bersosialisasi semacam ini juga merupakan bagian dari belajar dari rumah itu sendiri. Ia, adalah suatu implementasi dari apa-apa yang kita pelajari dari rumah.

Kelima, bagikan hal-hal positif hasil belajar dari rumah yang kita jalani. Ini menjadi poin terakhir di sini. Kita tentu sering mendengar kalimat motivatif perihal ini. Sia-sia kita memiliki ilmu, sia-sia kita menggali pengetahuan sedemikian dalam, tapi tidak bermanfaat bagi orang lain. Maka dari itulah, apa yang menjadi hasil kita belajar dari rumah hendaknya kita sebarluaskan ke orang lain agar orang lain turut merasakan manfaatnya. Percayalah, dengan dibagikan, ilmu bukannya semakin berkurang tapi sudah pasti akan semakin bertambah.

Demikian.

Post a Comment

0 Comments